Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( R P P )
Nama Sekolah : SMK Negeri 2 Karanganyar
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/semester : X/1
Materi Pokok :
Meneladani Dakwah Rasulullah di Mekkah
Alokasi Waktu : 3 x 3 jam pelajaran (@ 45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 :
|
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
|
KI 2 :
|
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
|
KI 3 :
|
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
|
KI 4 :
|
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
|
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
1.10
|
Meyakini kebenaran
dakwah Nabi Muham-mad SAW di Makkah
|
|
1.10.1 Meyakini kebenaran
dakwah Nabi Muhammad saw. di Makkah.
|
2.10
|
Bersikap tangguh dan
rela berkorban menegakkan kebenaran sebagai ’ibrah dari sejarah strategi
dakwah Nabi di Makkah
|
|
2.10.1 Mampu bersikap tangguh menegakkan kebenaran sebagai
’ibrah dari sejarah strategi dakwah Nabi di Makkah.
2.10.2 Mampu bersikap rela berkorban menegakkan kebenaran sebagai ’ibrah dari sejarah
strategi dakwah Nabi di Makkah.
|
3.10
|
Menganalisis
substansi, strategi, dan penyebab keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW di
Makkah
|
|
3.10.1 Mampu menganalisis substansi dakwah Nabi
Muhammad saw. di Makkah.
3.10.2 Mampu menganalisis strategi dakwah Nabi
Muhammad saw. di Makkah.
3.10.3 Mampu menganalisis
keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw. di Makkah.
|
4.10
|
Menyajikan
keterkaitan antara substansi dan strategi dengan keberhasilan dakwah Nabi
Muhammad SAWdi Makkah
|
|
4.10.1 Mampu menyajikan keterkaitan antara
substansi dengan keberhasilan dakwah
Nabi Muhammad saw. di Makkah.
4.10.1 Mampu menyajikan keterkaitan antara
strategi dengan keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw. di Makkah.
|
C.
Tujuan
Pembelajaran
Melalui kegiatan model active learning dengan metode Make a Mactch,
Picture Comment, Ceramah, Tanya jawab, Diskusi peserta didik dapat
menunjukkan perjuangan yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW periode Makkah, dapat menjelaskan substansi dakwah
Rasulullah SAW di Makkah, dapat menjelaskan strategi dakwah
Rasulullah SAW di Makkah, dapat Menyebutkan contoh-contoh perilaku meneladani perjuangan Rasullullah SAW di Makkah dan menunjukkan sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai
aplikasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Makkah.
D.
Materi Pembelajaran
1.
Perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW periode Makkah
2.
Substansi dakwah Rasulullah SAW di Makkah.
3.
Strategi dakwah Rasulullah SAW di
Makkah.
4.
Contoh-contoh
perilaku meneladani perjuangan Rasullullah SAW di Makkah
E.
Metode Pembelajaran
1.
Make a Mactch
2.
Picture Comment
3.
Vidio
4.
Ceramah
5.
Tanya jawab
6.
Diskusi
F. Media Pembelajaran
1.
Laptop
dan LCD Projector
2.
MPI (Multimedia
Pembelajaran Interaktif)
3.
Video
4.
Plano
5.
Spidol
6.
Lem
7.
Gambar
8.
Gunting
9.
Bagan
10.
Lembar hasil
silaturahmi
G. Sumber
Belajar
a.
Al-Qur’an dan terjemahannya, Depag RI.
b.
Buku siswa PAI SMK kelas X
c.
Kitab Tafsir
d.
Kitab Hadits
e.
Internet
f.
Buku lain yang menunjang
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
NO
|
Kegiatan Pembelajaran
|
HOTS/4C/
Karakter/
Literasi
|
Alokasi
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Memberi
Salam
Mengabsen,
mengecek kerapihan berpakaian, kebersihan kelas.
Meminta
pesera didik memimpin doa
Membaca
ayat quran
Menyampaikan
penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai:
Memberikan
penjelasan tentang tahapan kegiatan pembelajaran
Melakukan motivasi dan appersepsi video tentang perjuangan dakwah
Mengajukan pertanyaan bagaimana hubungan antara
tayangan video dengan materi perjuangan
dakwah periode mekkah
|
Pembinaan
Karakter
Pembinaan
Karakter
Pembinaan
Karakter
Literasi
HOTS
Literasi
|
10
Menit
|
|
Kegiatan Inti
|
|
|
1
2
3
4
5
6
|
Peserta
didik membagi diri menjadi 4 kelompok dan duduk
sesuai dengan
kelompoknya untuk berdiskusi.
Pembagian tugas diatur
sebagai berikut:
·
Kelompok I mendiskusikan tentang dakwah secara
sembunyi- sembunyi.
·
Kelompok II mendiskusikan tentang dakwah terhadap keluarga
dekat
·
Kelompok III
mendiskusikan
tentang
dakwah
secara terang- terangan
·
Kelompok IV mendiskusikan tentang proses hijrah
Saat
diskusi kelompok peserta didik
selalu dimotivasi,
dibimbing,
difasilitasi dan diingatkan guru untuk
dapat bekerjasama, toleran, responsif, santun
dan bertanggung jawab untuk melakukan tugas diskusi kelompok.
Guru mengamati perilaku tangguh dan semangat menegakkan kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah melalui lembar
pengamatan di sekolah.
Setelah
peserta didik dalam kelompok mendapatkan jawaban dari
berbagai informasi,
kemudian
diminta untuk menyimpulkan jawaban, membuat resume hasil diskusi, dan selanjutnya
menyiapkan bahan untuk dipresentasikan di depan kelas.
Selanjutnya setiap
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, kelompok
lain mengajukan pertanyaan/ sanggahan dengan menggunakan
kata-kata
santun.
Guru memberi umpan balik dan penguatan materi di akhir diskusi.
|
Kolaborasi
Berfikir
kritis
Kreatif
HOTS
Berpikir
Kritis
Kolaborasi
Literasi
Kolaborasi
Komunikasi
HOTS
|
100 menit
|
|
Kegiatan
Penutup
|
|
|
1
2
3
4
5
6
|
Peserta
didik menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dalam proses
pembelajaran melalui kegiatan refleksi
Peserta
didik menerima umpan balik yang berkaitan dengan proses dan hasil
pembelajaran
Peserta
didik menerima informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya
Peserta
didik menerima informasi tentang tugas kelompok
Peserta didik mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan berdoabersama-sama
Penutup
|
Pembinaan Karakter
|
5
Menit
|
Pertemuan
kedua
NO
|
Kegiatan Pembelajaran
|
HOTS/4C/
Karakter/
Literasi
|
Alokasi
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Memberi
Salam
Mengabsen,
mengecek kerapihan berpakaian, kebersihan kelas.
Meminta
pesera didik memimpin doa
Membaca
ayat quran
Menyampaikan
penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai:
Memberikan
penjelasan tentang tahapan kegiatan pembelajaran
Melakukan motivasi dan appersepsi video tentang perjuangan dakwah
Mengajukan pertanyaan bagaimana hubungan antara
tayangan video dengan materi perjuangan
dakwah periode mekkah
|
Pembinaan
Karakter
Pembinaan
Karakter
Pembinaan
Karakter
Literasi
HOTS
Literasi
|
10
Menit
|
|
Kegiatan Inti
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Peserta
didik mempersiapkan
lcd
Peserta
melihat video perjuangan Dakwah Islam periode mekkah dengan metode beberapa
menit di pause sesusai dengan kejadian dan didiskusikan bersama
Saat
diskusi kelompok peserta didik
selalu dimotivasi,
dibimbing,
difasilitasi dan diingatkan guru untuk
dapat bekerjasama, toleran, responsif, santun
dan bertanggung jawab untuk melakukan tugas diskusi kelompok.
Guru mengamati perilaku tangguh dan semangat menegakkan kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah melalui lembar
pengamatan di sekolah.
Setelah
peserta didik dalam kelompok mendapatkan jawaban dari
berbagai informasi,
kemudian
diminta untuk menyimpulkan jawaban, membuat resume hasil diskusi,
Guru memberi umpan balik dan penguatan materi di akhir diskusi.
Peserta
didik mengumpulkan hasil kerja
|
Kolaborasi
Berfikir
kritis
Kreatif
HOTS
Berpikir
Kritis
Kolaborasi
Literasi
Kolaborasi
Komunikasi
HOTS
|
100 menit
|
|
Kegiatan
Penutup
|
|
|
1
2
3
4
|
Peserta
didik menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dalam proses
pembelajaran melalui kegiatan refleksi
Peserta
didik menerima umpan balik yang berkaitan dengan proses dan hasil
pembelajaran
Peserta
didik menerima informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya
Peserta
didik menerima informasi tentang tugas kelompok
Peserta didik mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan berdoabersama-sama
Penutup
|
Pembinaan Karakter
|
5
Menit
|
Pertemuan
ketiga
NO
|
Kegiatan Pembelajaran
|
HOTS/4C/
Karakter/
Literasi
|
Alokasi
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
|
|
1
2
3
4
5
6
|
Memberi
Salam
Mengabsen,
mengecek kerapihan berpakaian, kebersihan kelas.
Meminta
pesera didik memimpin doa
Membaca
ayat quran
Menyampaikan
penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai:
Memberikan
penjelasan tentang tahapan kegiatan pembelajaran
Melakukan appersepsi:
|
Pembinaan
Karakter
Pembinaan
Karakter
Pembinaan
Karakter
Literasi
|
5 Menit
|
|
Kegiatan Inti:
Evaluasi
dan latihan soal
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Peserta
didik duduk menjadi 2 berhadapan
Peserta didik melakukan undian untuk memilih
pertama yang membaca soal
Perserta
didik yang satu membacakan soal pilihan ganda dan yang lainnya menjawab pada
lembar jawaban
Lembar
jawaban dikoreksi bersama dan berdiskusi antara pembaca soal dan peserta yang
menjawab
Bergantian
dengan soal jawaban singkat yang berbeda dan peserta yang menjawab soal
menulis pada lembar jawaban
Lembar
jawaban dikoreksi bersama dan berdiskusi antara pembaca soal dan peserta yang
menjawab
Guru
mengumpulkan daftar jawaban beserta nilainya dan memasukkan ke dalam buku
nilai
Guru
memberikan penguatan dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti adil,
tanggung jawab, kerjasama, nasionalisme
|
Kolaborasi
Kolaborasi
Komunikasi
kreatif
Komunikasi
HOTS
Kritik
Pembinaan
Karakter
|
35 Menit
|
|
A.
Kegiatan Penutup
|
|
|
1
2
3
|
Peserta
didik menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dalam proses
pembelajaran melalui kegiatan refleksi
Peserta
didik menerima umpan balik yang berkaitan dengan proses dan hasil
pembelajaran
Peserta
didik menerima informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya
Peserta didik mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan berdoabersama-sama
Penutup
|
Pembinaan
Karakter
|
5 Menit
|
I.
Penilaian
·
Tugas
Mengumpulkan
data (gambar, berita, artikel tentang substansi
dan strategi dakwah Rasullullah SAW)
·
Observasi
-
Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi yang
memuat isi diskusi dan sikap saat diskusi.
·
Portofolio
-
Membuat paparan tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
·
Tes tulis
Tes
kemampuan kognitif dengan menjawab soal-soal pilihan ganda dan uraian
tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah
SAW di
Mekah.
Lampiran Penilaian Kompetensi Sikap
INSTRUMEN PENILAIAN PENGAMATAN/OBSERVASI SIKAP
DALAM PROSES PEMBELAJARAN (KERJA KELOMPOK)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : X /
1
Topik : Meneladani
perjuangan Rasulullah SAW di Makkah
Kelompok : ………………………….....
Kelas/Prog.Keahlian :
…………………………….
Perintah
|
: Diskusikan tentang Substansi dan Strategi
dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah !
|
No.
|
Nama Siswa
|
Aspek yang dinilai
|
Jml Skor
|
Nilai
|
Ketuntasan
|
Tindak Lanjut
|
||||
Kejelasan & kedalaman informasi
|
Keaktifan dalam diskusi
|
Kejelasan & kerapian presentasi
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
Remedial
|
Pengayaan
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Aspek
dan rubrik penilaian :
1.
Kejelasan dan kedalaman informasi
a.
Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan
dan kedalaman informasi lengkap dan sempurna, skor 30.
b.
Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan
dan kedalaman materi lengkap tapi kurang sempurna, skor 20.
c.
Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan
dan kedalaman materi kurang lengkap, skor 10.
2.
Keaktifan dalam diskusi
a.
Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam
diskusi, skor 30.
b.
Jika kelompok tersebut berperan aktif dalam diskusi,
skor 20.
c.
Jika kelompok tersebut berperan kurang aktif dalam
diskusi, skor 10.
3.
Kejelasan dan kerapian presentasi
a.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan
sangat jelas dan rapi, skor 40.
b.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan
jelas dan rapi, skor 30.
c.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan
jelas dan kurang rapi, skor 20.
d.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan
jelas dan kurang rapi, skor 20.
Kriteria
Nilai :
A = 90 – 100 : Baik Sekali
B = 75 – 89 : Baik
C = 60 – 74 : Cukup
D = ≤ 60 : Kurang
Lampiran Penilaian Kompetensi Sikap
INSTRUMEN PENILAIAN DIRI
DALAM PROSES PEMBELAJARAN (KERJA INDIVIDU)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : X /
1
Topik : Meneladani perjuangan Rasulullah SAW di Makkah
Nama/NIS : ………………………….....
Kelas/Prog.Keahlian :
…………………………….
Perintah
|
: Berilah
tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai sikap kalian !
|
NO
|
PERNYATAAN
|
SIKAP
|
|||
S
|
KS
|
TS
|
|||
1.
|
Sejarah
kehidupan Rasulullah SAW wajib dipelajari setiap muslim
|
|
|
|
|
2.
|
Perilaku
masyarakat jahiliyah sangat bertentangan dengan ajaran Tauhid
|
|
|
|
|
3.
|
Keberhasilan
dakwah Rasulullah SAW karena ajaran yang di bawa selaras dengan fitrah
manusia
|
|
|
|
|
4.
|
Amar
ma’ruf nahi munkar menjadi tanggung jawab setiap muslim
|
|
|
|
|
5.
|
Sebagai
seorang muslim kita memiliki tanggung jawab tumbuhnya nilai-nilai agama di
sekolah
|
|
|
|
|
6.
|
Rasulullah
SAW adalah suri teladan yang baik dalam segala hal
|
|
|
|
|
7.
|
Menghancurkan
tempat ibadah agama lain sebagai tindakan kriminalisasi agama
|
|
|
|
|
8.
|
Kita
melakukan kegiatan keagamaan walaupun tidak ada perintah dari
guru
|
|
|
|
|
9.
|
Kita melakukan dakwah kepada orang
lain walaupun harus mengeluarkan uang
|
|
|
|
|
10.
|
Kita
mempersilahkan orang lain beribadah sesuai dengan keyakinannya
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
Kriteria
Penskoran :
Setuju (S) = 2
Kurang Setuju (KS) = 1
Tidak Setuju (TS) = 0
Nilai =
|
Jumlah skor yang diperoleh
|
x 100
|
Jumlah skor maksimal
|
Kriteria
Nilai :
A = 90 – 100 : Baik Sekali
B = 75 – 89 : Baik
C = 60 – 74 : Cukup
D = ≤ 60 : Kurang
Lampiran Penilaian Kompetensi Pengetahuan
INSTRUMEN PENILAIAN TES
TULIS
DALAM PROSES PEMBELAJARAN (KERJA INDIVIDU)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : X /
1
Topik : Meneladani
Perjuangan Rasulullah SAW di Makkah
Nama/NIS : ………………………….....
Kelas/Prog.Keahlian :
…………………………….
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut !
1. Jelaskan beberapa hal penting yang menjadi fokus
dakwah Nabi Muhammad SAW periode Makkah
!
2. Jelaskan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dalam
berdakwah !
3. Jelaskan kebiasaan orang
jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW !
4. Jelaskan substansi ajaran Islam
periode Makkah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya !
5. Jelaskan strategi dakwah Rasululloh SAW periode Mekah !
KUNCI JAWABAN
1. Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah
Rasulullah SAW periode Mekah dapat dilihat antara lain :
a.
Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami
dekadensi moral, seperti tumbuh suburnya kebiasaan berjudi, minum Khamer, dan
berzina.
b.
Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan
(Allah SWT).
c.
Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan
derajat di antara manusia.
d.
Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang
dan meluruskan segala adat- istiadat, kepercayaan dan upacara-upacara
keagamaan.
2.
Nabi Muhammad SAW berdakwah dengan sabar, ikhlas,
dan tegas di antaranya dengan tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.
3.
Kebiasaan masyarakat jahiliyah
sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW ialah terjadinya penyimpangan dalam semua bidang kehidupan, baik yang
berhubungan secara vertikal dengan sang pencipta maupun hubungan secara
horizontal yang menyangkut hubungan kehidupan sesama manusia.
4.
Substansi ajaran Islam periode
Mekah di awal kenabian Rasulullah SAW adalah :
- Keesaan Allah SWT
- Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
- Kesucian jiwa
- Persaudaraan dan Persatuan
5.
Strategi dakwah Rasululloh SAW periode Mekah : secara diam-diam dan terang-terangan
Norma
Penilaian :
a. Pilihan ganda : Jumlah jawaban benar (15) x 4 = 60
b. Uraian : Skor maksimal (8) x 5 = 40 +
c. Nilai : Soal Pilihan ganda + Uraian =
100
Kriteria Nilai
A = 90 – 100 : Baik Sekali
B = 75 – 89 : Baik
C = 60 – 74 : Cukup
D = ≤
60 : Kurang
Lampiran Penilaian Kompetensi Keterampilan
INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK
DALAM PROSES PEMBELAJARAN (KERJA KELOMPOK)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : X /
1
Topik : Meneladani
perjuangan Rasulullah SAW di Makkah
Kelompok : ………………………….....
Kelas/Prog.Keahlian :
…………………………….
Perintah
|
: Buatlah
paparan tentang substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah !
|
No.
|
Nama siswa
|
Skor Nilai
|
Jumlah
|
Nilai
|
|||
Sistematika Penulisan
|
Kesesuaian paparan dengan tema
|
Analisis
|
Kesimpulan
|
||||
1.
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
|
|
Masing-masing
kolom skor nilai diisi
dengan kriteria :
Baik
Sekali = 4
Baik =
3
Cukup = 2
Kurang = 1
Nilai =
|
Jumlah skor yang diperoleh
|
x 100
|
Jumlah skor maksimal
|
Kriteria Nilai
A = 90 – 100 : Baik Sekali
B = 75 – 89 : Baik
C = 60 – 74 : Cukup
D = ≤ 60 : Kurang
Karanganyar, 13 Juli 2017
|
||
Verifikasi
|
GURU PAI
|
|
Dra. Sri Bidayatiningsih
|
Mengetahui
|
Sutrisno, S.Pd.I, M.Pd
|
NIP 19660813 199512 2 002
|
Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar
|
NIP. 19850327 2010201 1 017
|
Drs. Wahyu Widodo, MT
|
||
NIP 19601019 199412 1 001
|
LAMPIRAN MATERI
Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Mekah
Para
pemikir Arab, pada masa itu, mempunyai kebiasaan bertahannuf atau bertahannus.
Kebiasaan ini dilakukan untuk beberapa waktu setiap tahun dengan cara
mengasingkan diri dari keramaian, berdoa dan bertapa untuk mendapatkan
pengetahuan. Kegelisahan jiwa Muhammad melihat keadaan kaumnya, mendorongnya bertahannus
setiap bulan Ramadlan di gua Hira’. Gua ini terdapat di puncak gunung Hira’
yang jaraknya kira-kira 11,4 km sebelah utara Mekah. Ketika bertahannus
Muhammad melakukan perenungan dan beribadah. Dalam hal ibadah ini, Ibnu Katsir
menjelaskan dalam kitabnya yang berjudul al Bidayah wa al Nihayah
beberapa pendapat: ada yang berpendapat menurut syariat Nuh, ada yang
mengatakan menurut Ibrahim, ada yang mengatakan menurut Musa, ada yang
mengatakan menurut Isa, dan ada pula yang mengatakan ia menjalankan dan mengamalkan
syariat tertentu. Pendapat yang terakhir ini menurut Katsir lebih tepat dan
paling benar dari pada pendapat yang lainnya.
Pada 17
Ramadlan tahun 610 M ketika Muhammad bertahannus, dalam tidurnya ia bermimpi
jibril datang membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya “iqra’,
bacalah!”. Dengan terkejut Muhammad menjawab “saya tidak bisa membaca”. Ia
merasa Jibril mencekiknya, kemudian melepaskannya seraya berkata lagi: “iqra’!”.
Dalam keadaan takut Muhammad menjawab: “saya tidak dapat membaca”. Ia merasa
seolah Jibril mencekiknya kembali, kemudian melepaskannya seraya berkata: “iqra’”!.
Dalam keadaan takut Muhammad menjawab: “apa yang akan saya baca!”. Kemudian
Jibril berkata:
اقرأ
باسم ربك الذي خلق خلق الأنسان من علق اقرأ وربك الأكرم
الذي علم بالقلم علم
الأنسان مالم يعلم
Bacalah! dengan nama
Tuhanmu yang menciptakan. (yang) telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah! dan Tuhanmu Maha Pemurah; yang mengajarkan menggunakan pena.
Mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak ia ketahui.
Kemudian
Muhammad mengikuti bacaan itu dan Jibrilpun pergi setelah ayat-ayat di atas
terpatri di dalam kalbunya.
Muhammad
terbangun dalam keadaan takut dan bingung, seraya bertanya dalam hati, siapa
gerangan yang menyuruhnya membaca?. Dengan diliputi rasa takut Muhammad segera
pulang. Sesampai di rumah dengan tubuh menggigil ia meminta Khadijah untuk
menyelimutinya. Setelah rasa takutnya hilang ia pandang Khadijah sambil
bertanya apa yang terjadi padaku? Lalu ia menceritakan apa yang telah ia alami.
Sambil memandang Muhammad Khadijah berkata:
“wahai putra pamanku, bergembiralah dan tabahkan hatimu! Demi Dia yang
memegang hidup Khadijah, saya berharap kiranya anda akan menjadi nabi atas umat
ini. Allah, sama sekali, tak akan mencemoohkan anda; sebab andalah yang
mempererat tali kekeluargaan, jujur dalam kata-kata, bersedia memikul beban
orang lain , menghormati tamu, dan menolong orang yang dalam kesulitan atas
jalan yang benar.”
Jawaban
Khadijah, di atas, sangat menentramkan jiwa Muhammad. Ketakutannya sirna dan
dalam keadaan lelah iapun tertidur. Dengan pikiran yang berkecamuk Khadijah
meninggalkan Muhammad yang sedang tertidur. Ia pergi menemui saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal,
seorang pendeta Nasrani. Khadijah menceritakan apa yang telah dilihat dan
didengar oleh Muhammad di gua Hira’. Waraqah terdiam sejenak kemudian menjawab:
Maha Kudus Ia, Maha Kudus, demi Dia yang memegang hidup Waraqah.
Khadijah!, percayalah, ia telah menerima Namus Besar seperti yang pernah
diterima oleh Musa, dan sungguh dia adalah nabi umat ini. Katakanlah kepadanya
supaya ia tetap tabah.”
Sekembalinya
ke rumah, Khadijah mendapati Muhammad masih lelap tertidur. Tiba-tiba Muhammad
menggigil, napasnya sesak, dan wajahnya berkeringat. Ia terbangun manakala didengarnya
Jibril datang membawa wahyu kepadanya:
يأيها المدثر قم فأنذر وربك فكبر وثيابك فطهر والرجز فاهجر
ولا تمنن تستكثر
ولربك فاصبر
Hai orang yang berselimut! Bangunlah dan berilah peringatan! Dan
agungkanlah Tuhanmu! Dan jagalah kebersihan pakaianmu! Dan tinggalkanlah segala
yang keji! Dan janganlah memberi karena mengharapkan yang lebih banyak! Dan
demi Tuhanmu bersabarlah!
Khadijah
memandangi Muhammad dengan penuh kasih sayang dan dimintanya Muhammad untuk
tidur kembali. Dalam keadaan seperti itu, Muhammad menjawab: “waktu tidur dan
istirahat sudah tidak ada lagi. Jibril membawa perintah supaya saya memberi
peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadat
hanya kepada Allah. Tetapi siapa yang akan saya ajak, dan siapa pula yang akan
mendengar?”. Khadijah berusaha menentramkan Muhammad dan ia menceritakan
penjelasan Waraqah kepadanya. Dengan penuh antusias Khadijah menyatakan beriman
atas kenabian Muhammad.
Setelah
peristiwa di atas, ketika Muhammad akan bertawaf di Ka’bah, ia bertemu dengan
Waraqah dan menceritakan pengalamannya. Mendengar penjelasan Muhammad Waraqah
berkata:
“Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, anda adalah nabi dari umat ini.
Anda telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa.
Pasti anda akan didustakan orang, disiksa, diusir, dan diperangi. Jika aku
masih hidup pada masa itu nanti, pasti aku akan membela yang di pihak Allah
dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya”.
Muhammad
bertanya-tanya dalam hatinya bagaimana cara menyampaikan perintah Tuhan itu,
dan kepada siapa akan disampaikan?. Dalam keadaan seperti itu, Muhammad
berharap Jibril datang. Sayangnya, Jibril tak datang-datang. Kekhatiran
Muhammad meningkat, bahkan Khadijahpun turut merasa cemas. Dalam keadaan
seperti itu, Jibril datang dengan membawa wahyu:
والضحى والليل اذا سجى ماودعك ربك وما قلى وللآخرة خير لك من الأولى ولسوف يعطيك ربك فترضى الم يجدك يتيما فآوى ووجدك ضالا فهدى ووجدك عائلا فأغنى فأماالينيم فلا تقهر وأما السائل فلا تنهر وأما بنعمة ربك فحدث
“Demi waktu dluha. Dan demi malam yang hening. Tuhanmu tidak
meninggalkan dan membencimu. Sungguh yang kemudian akan lebih baik bagimu dari
pada yang sekarang. Dan Tuhanmu kelak akan memberikan apa yang menyenangkanmu.
Bukankah Ia mendapatimu sebagai seorang piatu, lalu Ia melindungimu? Dan Ia
mendapatimu tak tahu jalan, lalu ia memberimu petunjuk. Dan Ia mendapatimu
dalam keadaan kekurangan, lalu Ia memberimu kecukupan. Oleh karena itu,
janganlah engkau sewenang-wenang terhadap anak yatim. Dan janganlah membentak
orang yang meminta-minta. Dan nikmat Tuhanmu hendaklah kau siarkan”.
Dengan
turunnya surat al ‘Alaq maka Muhammad resmi menjadi nabi dan turunnya
surat al Muddatstsir merupakan awal kerasulannya. Sementara itu, surat al
Dluha memberikan motivasi dan sekaligus menguatkan jiwa nabi Muhammad agar
jangan ragu-ragu untuk menyampaikan kebenaran wahyu yang ia terima dari Allah.
A.
Substansi Dakwah Rasulullah
SAW di Mekah
1.
Aqidah
Nabi Muhammad datang membawa ajaran tauhid. Ia sampaikan kepada kaum
Quraisy bahwa Allah Maha Pencipta. Segala sesuatu di alam ini merupakan ciptaan
Allah. Langit, bumi, matahari, bintang-bintang, laut, gunung, manusia, hewan,
tumbuhan, batu-batuan, air, api, dan lain sebagainya semuanya itu diciptakan
oleh Allah. Karena itu, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu sedangkan manusia
lemah tak berdaya; dan Maha Agung (Mulia) sedangkan manusia rendah dan hina.
Selain Maha Pencipta dan Maha Kuasa Allah juga Maha Pemurah. Ia pelihara
seluruh makhlukNya dan Ia sediakan seluruh kebutuhannya, termasuk manusia.
Selanjutnya, nabi juga nengajarkan bahwa Allah itu Maha Mengetahui. Allah
mengajarkan manusia berbagai macam ilmu pengetahuan yang tidak diketahuinya dan
cara-cara memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut.
Selain Maha Pemurah Allah juga bersifat Maha Pengasih. Dengan sifat itu
Allah senantiasa melindungi, memelihara, dan mengawasi manusia. Allah
melindungi dan memelihara manusia dari kebinasaan dan kehancuran. Ia anugerahi
manusia akal, kalbu, panca indera, dan
agama agar manusia tidak tersesat dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Allah mengawasi seluruh tindak tanduk dan perbuatan
manusia. Seluruh perbuatan manusia, baik dan jahat, akan diberi balasan oleh
Allah. Manusia akan memperoleh ganjaran atas perbuatan baiknya dan menanggung
akibat atas perbuatan buruknya. Pendek kata, tidak satupun perbuatan baik
manusia, meskipun kecil, akan hilang (tidak tercatat) demikian pula sebaliknya.
Sifat Kasih dan Sayang Allah meliputi seluruh makhlukNya, termasuk
manusia. Dengan sifat itu, Allah memberikan kecukupan kepada manusia. Ia
sediakan semua kebutuhan hidup manusia dan Ia beri pula kemudahan kepada setiap
orang yang mau berusaha mencukupi kebutuhannya. Ia sediakan udara untuk
bernapas, air untuk minum, mandi, dan kebersihan, Ia sediakan berbagai jenis
bahan makanan untuk dikonsumsi, Ia ciptakan keindahan alam untuk kepentingan
rekreasi dan lain sebagainya.
Ajaran tauhid ini berbekas sangat dalam di hati nabi dan para
pengikutnya sehingga menimbulkan
keyakinan yang kuat, mapan, dan tak tergoyahkan. Dengan kayakinan ini, para
sahabat sangat percaya bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka dalam kesulitan
dan penderitaan. Dengan keyakinan ini pula mereka percaya bahwa Allah akan
memberikan kebahagiaan hidup bagi mereka. Dengan keyakinan ini pula para
sahabat terbebas dari pengaruh kekayaan dan kesenangan duniawi. Dengan
keyakinan ini pula para sahabat mampu bersabar dan bertahan serta tetap
berpegang teguh pada agama ketika mereka mendapatkan tantangan dan siksaan yang
amat keji dari pemuka-pemuka Quraisy. Dengan keyakinan seperti ini pulalah nabi
Muhammad dapat mengatakan dengan mantap kepada Abu Thalib “paman, demi Allah, kalaupun mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan saya tinggalkan. Biarlah nanti Allah
yang akan membuktikan apakah saya memperoleh kemenangan (berhasil) atau binasa
karenanya”. Inilah yang menjadi rahasia mengapa Bilal bin Rabbah dapat
bertahan atas siksaan yang ia terima dengan tetap mengucapkan “Allah Maha Esa”
secara berulang-ulang.
2.
Akhlak
Selain mengajarkan aqidah nabi juga mengajarkan akhlak kepada para
sahabatnya. Dalam hal ini nabi Muhammad tampil sebagai teladan yang baik
(ideal). Sejak sebelum ia menjadi nabi ia telah tampil sebagai sosok yang jujur
sehingga ia digelar oleh masyarakatnya sebagai al amin (yang dapat
dipercaya). Selain itu, nabi Muhammad merupakan sosok yang suka menolong dan
meringankan beban orang lain, membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan
dan persahabatan. Nabi Muhammad juga tampil sebagai sosok yang sopan, lembut,
menghormati setiap orang, dan memuliakan tamu. Selain itu, nabi Muhammad juga
tampil sebagai sosok yang berani tampil membela kebenaran, teguh pendirian, dan
tekun dalam beribadah.
Selain memberikan keteladanan nabi Muhammad menganjurkan agar menjaga
kebersihan pakaian, tempat tinggal dan lingkungan. Kebersihan merupakan pangkal
kesehatan. Jika pakaian, tempat tinggal, dan lingkungan bersih semangat hidup
akan timbul dan berbagai jenis penyakit dapat dihindari. Demikian pentingnya
kebersihan sehingga nabi menyebutnya sebagai bagian dari iman dan ditetapkan
sebagai salah satu syarat sah dalam beribadah. Bersih pakaian, tempat tinggal,
dan lingkungan ternyata tidak cukup. Setiap orang Islam harus juga membersihkan
hatinya dari berbagai jenis penyakit hati seperti dendam, iri, dengki, sombong,
dan lain sebagainya. Dengan bersihnya hati seseorang akan terhindar dari
tindakan keji seperti rasa benci, angkuh, pamer dan lain sebagainya.
Selanjutnya, nabi mengajarkan agar ikhlas dalam memberi. Memberikan
sesuatu kepada orang lain haruslah didasarkan pada niat yang tulus karena
Allah. Jadi jangan memberi karena ingin dipuji dan disebut sebagai seorang yang
pemurah. Jangan pula memberi karena berharap akan memperoleh keuntungan yang
lebih besar dari yang telah diberikan. Selanjutnya, nabi menganjurkan agar
menyayangi anak yatim. Menyayagi anak yatim tidak sekedar membantu mereka
mencukupi kebutuhan hidupnya akan tetapi mengasuh, memelihara, dan mendidik
mereka. Dengan demikian, menyayangi anak yatim berarti mencukupi kebutuhan
makan, pakaian, dan tempat tinggal mereka serta mempersiapkan masa depan
kehidupan mereka.
Sudah menjadi ketentuan Allah ia menciptakan manusia ada yang kaya
(beruntung) dan ada yang miskin (kurang beruntung). Si kaya tidak boleh
membiarkan si miskin dalam keadaan lemah tak berdaya. Si kaya wajib membantu
dan membela si miskin. Selain itu, si kaya juga wajib bersikap lemah lembut dan
sopan kepada si miskin. Sebab kaya dan miskin hanya sekedar variasi kehidupan
manusia bukan pembeda yang menempatkan si kaya menjadi terhormat dan
membolehkannya menyombongkan diri serta
bertindak semena-mena. Dalam hal ini renungkanlah sabda nabi yang mengatakan “tidak
masuk surga seseorang yang perutnya kenyang sementara tetangganya kelaparan”.
B.
Strategi Dakwah Rasululah
di Mekah
1.
Dakwah Secara
Rahasia/Diam-diam (al Da’wah bi al Sirr)
Mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang
pada keyakinan dan penyembahan berhala maka nabi Muhammad memulai dakwahnya
secara diam-diam atau rahasia (bi al sirr). Cara ini dipilih agar
kegiatan dakwah yang baru dimulai itu tidak terhambat dan layu sebelum
berkembang. Oleh karena itu, nabi Muhammad memulai dakwahnya kepada keluarga
dan sahabatnya. Orang pertama yang beriman pada kenabian dan kerasulan Muhammad
adalah Khadijah (isterinya), Ali bin Abi Thalib (masih anak-anak), sepupu nabi
yang kemudian menjadi menantunya, dan Zaid bin Haritsah, bekas budak nabi
Muhammad.
Khusus mengenai Ali, ketika nabi Muhammad mengajaknya untuk beribadah
hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta menerima agama yang
dibawanya, ia (Ali) meminta waktu untuk berunding terlebih dahulu dengan
ayahnya. Semalaman ali merasa gelisah
memikirkan ajakan nabi. Keesokan harinya, Ali menyatakan kepada nabi Muhammad
dan Khadijah bahwa ia akan mengikuti ajakan nabi dan tidak perlu minta ijin
kepada ayahnya. Dalam hal ini Ali mengatakan: “Tuhan menjadikan saya tanpa
perlu berunding dengan Abu Thalib, maka saya tidak perlu berunding dengannya
untuk menyembah Allah”.
Di luar lingkungan keluarga, orang pertama yang diajak nabi adalah Abu
Bakar bin Abi Quhafah dari kabilah Taim. Abu Bakar adalah sahabat dekat nabi
Muhammad yang dikenalnya sebagai orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.
Karena itu Abu Bakar merupakan orang laki-laki dewasa pertama tempat nabi
menceritakan semua pengalamannya pada saat menerima wahyu. Tanpa ragu Abu Bakar
menerima ajakan nabi dan beriman pada ajaran yang dibawanya. Kemudian Abu Bakar
mengajak kaumnya yang ia percayai untuk beriman kepada ajaran yang dibawa oleh
nabi Muhammad. Melalui ajakan ini maka beberapa orang menerima ajakannya, yaitu
Utsman bin ‘Affan, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin
Abi Waqqash, Zubair bin ‘Awwam. Setelah itu, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah dan
beberapa penduduk Mekah turut pula menyatakan keislamannya dan menerima ajaran
yang dibawa oleh nabi Muhammad.
Berdakwah secara diam-diam atau rahasia (al da’wah bi al sirr)
dilaksanakan oleh nabi Muhammad selama tiga tahun. Sambil mengajak orang-orang
untuk beriman kepadanya dan ajaran yang ia bawa, nabi Muhammad tampil dengan
keteladanan yang tinggi. Kepribadiannya yang penuh dengan kasih sayang, rendah
hati, berani, tutur kata yang lembut dan sopan, serta adil memberikan pesona
yang amat tinggi dan menarik minat banyak orang untuk mempercayainya dan
beriman kepadanya; terutama dari kalangan orang-orang miskin dan golongan budak
2.
Dakwah Secara
Terang-Terangan (al Da’wah di al Jahr)
Tiga tahun kemudian perintah Allah datang agar nabi Muhammad melakukan
dakwah secara terang-terangan (al da’wah bi al jahr), melalui:
Surat al
Syu’ara’( 26: 214 – 216):
وأنذر عشيرتك الأقربين واخفض جناحك لمن اتبعك من المؤمنين فأن عصوك فقل انى بريء مما تعملون
“Dan
berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah sayapmu
kepada orang-orang beriman yang menjadi pengikutmu. Maka jika mereka tidak
mematuhimu, katakanlah: ‘ak berlepas tangan dari segala yang kamu perbuat’”.
Surat al
Hijir (15: 94):
فاصدع بما تؤمر وأعرض عن المشركين
“Maka
teruskanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik”.
Berdasarkan perintah di atas, Muhammad mengundang makan
keluarga-keluarganya dan dalam kesempatan itu ia mencoba mengajak mereka untuk
beriman kepadanya dan ajaran yang ia bawa. Namun Abu Lahab, pamannya, menyetop
pembicaraan itu. Keesokan harinya, nabi Muhammad mencoba melakukannya lagi.
Setelah selesai makan, nabi Muhammad berseru kepada mereka: “saya tidak melihat
ada seorang di kalangan Arab yang dapat membawakan sesuatu yang lebih baik dari
pada yang saya bawakan untuk kamu semua. Saya bawakan untuk kamu semua dunia
dan akhirat yang terbaik. Allah telah memerintahkan saya untuk mengajak kamu
sekalian. Siapakah di antara kamu yang mau mendukung?” Semua yang hadir menolok
ajakan nabi Muhammad dan bersiap-siap akan meninggalkan tempat. Tiba-tiba Ali
berdiri, ketika itu ia masih anak-anak dan belum akil baligh, seraya berujar:
“wahai rasulullah saya akan membantu anda, saya adalah lawan bagi siapa saja
yang menentangmu”. Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa
terbahak-bahak sambil melihat secara bergantian kepada Abu Thalib dan Ali.
Setelah itu, mereka meninggalkan Muhammad dengan penuh ejekan.
Setelah peristiwa itu, nabi Muhammad mengalihkan seruannya kepada
penduduk Mekah. Pada suatu hari nabi Muhammad naik ke puncak bukit Shafa dan
berseru: “hai masyarakat Quraisy, bagaimana pendapatmu jika saya kabarkan
kepadamu semua bahwa di lereng bukit ini ada pasukan berkuda, apakah kamu
mempercayainya?” Orang-orang Quraisy menjawab: “ya, kami mempercayainya. Sebab
kami belum pernah melihat engkau berbohong!”. Selanjutnya nabi Muhammad
berseru: “wahai Banu Muththolib, Banu
Abdu Manaf, Banu Zuhrah, Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad, Allah telah
memerintahkan aku untuk memberikan peringatan kepada keluarga-keluarga
terdekatku tentang kehidupan dunia dan akhirat. Tak satu keuntungan yang dapat
aku berikan kepada kamu sekalian kecuali kamu menyatakan tidak ada tuhan selain
Allah!”. Mendengar seruan ini, Abu Lahab, seorang lelaki yang berbadan gemuk
dan cepat naik darah, berdiri seraya berteriak: “celakalah engkau hai Muhammad,
apakah karena ini engkau mengumpulkan kami?”. Nabi Muhammad hanya terdiam
sambil memandangi pamannya. Beberapa saat kemudian turunlah wahyu Allah:
تبت يدا أبي لهب وتب ما أغنى عنه ماله وما كسب سيصلى نارا ذات لهب
“celakalah
kedua tangan Abu Lahab. Tak berguna baginya harta dan segala yang
diusahakannya. Kelak ia akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala”
(QS. al Lahab, 111: 1-3).
Semakin hari semakin bertambah banyak jumlah orang yang memenuhi ajakan
dan seruan nabi Muhammad. Terutama dari golongan orang-orang yang lemah,
miskin, dan kalangan budak. Kenyataan ini, menimbulkan amarah Abu Lahab, Abu
Sufyan dan kalangan bangsawan serta pemuka Quraisy lainnya. Mereka meminta para
penyair-penyair Quraisy untuk mengolok-olok dan mengejek nabi Muhammad. Selain
itu, mereka juga menuntut Muhammad untuk menampilkan mukjizatnya seperti apa
yang telah ditampilkan oleh Musa dan Isa. Seperti menjadikan bukit Shafa dan
Marwah berubah menjadi bukit emas, menghidupkan orang yang sudah mati,
menghalau bukit-bukit yang mengelilingi Mekah, memancarkan mata air yang lebih
baik dari zamzam. Tidak sampai di situ, bahkan mereka mengolok-olok nabi dengan
menyatakan mengapa Allah tidak menurunkan wahyu tentang harga barang-barang
dagangan agar mereka dapat berspekulasi.
Semua ejekan dan olok-olok itu tidak dihiraukan oleh nabi Muhammad,
namun Allah menurunkan wahyu sebagai jawabannya:
قل لا أملك لنفسي نفعا ولا ضرا الا ما شاء
الله ولو كنت أعلم الغيب لا ستكثرت من الخير وما مسني السوء ان أنا الا نذير و
بشير لقوم يؤمنون
“Katakanlah
hai Muhammad, aku tidak kuasa membawa manfaat dan mudarat untuk diriku sendiri
kecuali bila Allah menghendaki. Kalaupun aku mengetahui yang ghaib, tentu kuperbanyak
berbuat baik, dan tak ada yang buruk akan menyentuhku. Aku hanya pemberi
peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang yang beriman”. (QS. al A’raf, 7:188).
Kegiatan dakwah nabi Muhammad mendapatkan tantangan dan perlawanan dari
Quraisy. Namun, mereka masih menghormati Abu Thalib, paman nabi, meskipun belum
memeluk Islam merupakan pembela nabi yang sangat gigih dan berani. Berdasarkan
itu, para pemuka Quraisy dengan dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb mendatangi
Abu Thalib dan berkata: “Abu Thalib, kemenakanmu telah menghina berhala kita,
mencela agama kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan menganggap sesat
nenek moyang kita. Jika engkau tidak sanggup menghentikannya, biarlah kami yang
menghentikannya!”. Tuntutan itu ditanggapi dengan baik oleh Abi Thalib.
Sementara itu, nabi Muhammad terus dengan gigih melaksanakan dakwahnya dan
setiap hari semakin bertambah jumlah pengikutnya.
Kenyataan ini, mendorong para pemuka Quraisy datang kembali kepada Abu
Thalib dengan membawa seorang pemuda yang bernama Umarah bin al Walid bin al
Mughirah untuk ditukarkan dengan nabi Muhammad. Abu Thalib tetap menolak, dan
nabi Muhammad terus juga berdakwah. Para pembesar Quraisy untuk yang ketiga
kali datang lagi kepada Abu Thalib. Mereka berkata: “wahai Abu Thalib, anda
orang yang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Kami telah meminta anda
untuk menghentikan kemenakanmu, tetapi anda tidak juga memenuhi tuntutan kami!.
Kami tidak akan tinggal diam menghadapi orang yang memaki nenek moyang kami,
tidak menghormati harapan-harapan kami, dan mencaci maki berhala-berhala kami.
Sebaiknya, anda sendirilah yang menghentikan kemenakan anda, atau jika tidak,
kami akan lawan hingga salah satu pihak binasa”.
Sungguh sulit bagi Abu Thalib mengambil keputusan, ia menghadapi
dilema. Ia tidak ingin bermusuhan dengan kaumnya sendiri namun, ia juga tidak
rela menyerahkan Muhammad kepada kaumnya. Dipanggilnya nabi Muhammad dan ia
ceritakan tuntutan para pembesar Quraisy. Kemudian ia berkata kepada
kemenakannya itu “jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan bebani aku dengan
hal-hal yang tak dapat kupikul”. Nabi
Muhammad tertegun, dalam hatinya ia berkata: “pamanku sudah tak bersedia lagi
membelaku sementara itu kaum muslimin masih sangat lemah”. Beberapa saat
kemudian nabi Muhammad menoleh kepada pamannya sambil berkata: “paman, demi
Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di
tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan saya
tinggalkan. Biarlah nanti Allah yang akan membuktikan apakah saya memperoleh
kemenangan (berhasil) atau binasa karenanya”. Abu Thalib tertegun dan terdiam
mendengar jawaban dari kemenakannya. Bebera hari kemudian, ia minta nabi
Muhammad untuk datang kembali lalu berkata: “wahai kemenakanku, katakanlah sekehendakmu,
bagaimanapun aku tak akan menyerahkanmu karena hal-hal yang tidak engkau
sukai”. Kemudian Abu Thalib meminta perlindungan kepada Banu Hasyim dan Banu al
Muththalib.permintaan Abu Thalib di atas disetujui oleh Banu Hasyim dan Banu
Muththalib kecuali Abu Jahal.
Sejak saat itu, orang-orang Quraisy mencaci maki dan menyiksa kaum
muslimin dan tidak terkecuali nabi sendiri. Peristiwa yang paling terkenal
adalah penyiksaan Bilal (seorang budak dari Abisinia). Ia dipaksa untuk
melepaskan agama, dicambuk, dicampakkan di padang pasir, dan dadanya ditindih
dengan batu yang lebih besar dari badannya. Dalam siksaan semacam itu, Bilal
tetap teguh dengan keyakinannya; mulutnya terus mengucapkan Ahad, Ahad
(Allah Maha Esa, Allah Maha Esa). Bilal
terus menerus mengalami siksaan hingga ia dibeli oleh Abu Bakar. Sebagai
seorang yang kaya, Abu Bakar banyak sekali memerdekakan budak di antaranya
adalah budak perempuan Umar bin Khattab. Nabi Muhammad meskipun telah mendapat
perlindungan dari Banu Hasyim dan Banu Muththalib masih juga mengalami siksaan.
Ummu Jamil, isteri Abu Lahab, melemparkan najis ke depan rumahnya. Demikian
juga Abu Jahal yang melemparkan isi perut kambing kepada nabi Muhammad ketika
ia sedang shalat. Intimidasi dan penyiksaan yang dialami oleh nabi Muhammad dan
para pengikutnya berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang. Kian hari
kian keji dan menyakitkan siksaan yang mereka terima. Namun demikian, nabi
Muhammad dan para sahabatnya tetap tabah dan terus memelihara dan meningkatkan
keyakinan dan keimanan mereka.
Demikianlah, setiap hari jumlah pengikut nabi Muhammad terus bertambah.
Kenyataan ini menyesakkan dada kaum Quraisy. Oleh karena itu mereka mengutus
Utbah bin Rabi’ah untuk bertemu dengan nabi Muhammad. Dalam pertemuannya dengan
nabi Muhammad ia mengatakan: “wahai anakku, dari segi keturunan engkau
mempunyai tempat (bermartabat) di kalangan kami. Kini engkau membawa perkara
besar yang menyebabkan kaum Quraisy terpecah belah. Kini dengarkanlah, kami
akan menawarkan beberapa hal. Kalau engkau menginginkan harta, kami siap
mengumpulkan harta kami, sehingga engkau menjadi yang terkaya di antara kami.
Jika engkau menginginkan pangkat atau jabatan, kami akan angkat engkau menjadi
pemimpin kami; kami tak akan memutus satu perkara tanpa persetujuanmu. Kalau
kedudukan raja yang engkau cari, kami akan nobatkan engkau menjadi raja. Jika
engkau mengidap penyakit syaraf yang tidak dapat engkau sembuhkan, akan kami
usahakan penyembuhannya dengan biaya yang kami tanggung sendiri hingga engkau
sembuh”. Mendengar tawaran itu, nabi Muhammad membacakan surat al Sajdah
kepada Utbah. Ia terdiam dan tertegun serta insaf bahwa ia berhadapan dengan
seorang yang tidak gila harta, tidak berambisi pada kekuasaan dan bukan pula
orang yang gila.
Utbah kembali kepada Quraisy dan menceritakan pengalamannya ketika
bertemu dengan nabi Muhammad serta menyarankan agar mereka membiarkan nabi
Muhammad berhubungan secara bebas dengan semua orang Arab. Ushul Utbah tentu
tidak dapat mereka terima. Sebab mereka belum merasa puas jika belum
mengalahkan nabi Muhammad. Karena itu, mereka meningkatkan penyiksaan baik
kepada nabi Muhammad maupun kepada para pengikutnya.
3.
Hamzah dan Umar bin Khattab
Masuk Islam
Suatu ketika, nabi Muhammad bertemu dengan Abu
Jahal. Ia mencaci maki nabi Muhammad dan ajaran agama yag dibawanya. Ketika
Hamzah, paman nabi dan saudara sepesusuannya merupakan seorang yang kuat dan
ditakuti, mendengar peristiwa ini ia
segera mencari Abu Jahal di Ka’bah. Sesampainya di sana ia langsung masuk ke
mesjid menemui Abu Jahal dan memukul kepalanya dengan busur. Sejak peristiwa
itu, Hamzah menyatakan keislamannya dan berjanji kepada nabi Muhammad akan
membelanya dan akan berkorban di jalan Allah sampai akhir hayatnya.
Umar bin Khattab pada waktu masih amat muda, berusia kira-kira 30 – 35
tahun. Tubuhnya tegap dan kuat, emosional dan cepat naik darah, ia senang
berfoya-foya dan mabuk-mabukan. Meski demikian ia seorang yang bijaksana dan
lembut pada keluarga. Di antara kaum Quraisy Umar merupakan salah seorang yang paling
keras menentang nabi dan kaum muslimin. Setelah peristiwa hijrah ke Abisinia,
Umar merasa sedih dan kesepian. Ia membayangkan betapa sedih dan pilu hati
mereka berpisah dengan keluarga, sahabat, dan tanah air mereka.
Ketika Umar mengetahui nabi Muhammad sedang mengadakan pertemuan di
sebuah rumah di Safa bersama Hamzah, Ali, Abu Bakar, dan yang lainnya, iapun
pergi ke sana untuk membunuh Muhammad. Namun di tengah perjalanan ia bertemu
dengan Nu’aim bin Abdullah dan berkata kepadanya: “Umar, kamu menipu diri
sendiri. Apakah anda kira keluarga Abdul Manaf aakan membiarkan anda setelah
membunuh Muhammad? Lebih baik kamu pulang dan uruslah keluargamu sendiri!”
ketika itu, tanpa diketahui oleh Umar seorang saudara perempuannya bernama
Fatimah bersama suaminya Sa’id bin Zaid telah memeluk Islam. Setelah peristiwa
itu diceritakan oleh Nu’aim, Umar buru-buru pulang dan menemui suami isteri
tersebut. Sampai di depan pintu Umar mendengar suara orang membaca al Quran.
Merasa ada yang datang, orang yang membaca itu bersembunyi dan Fatimah
menyembunyikan lembaran yang dibaca.
Saya mendengar suara orang membaca sesuatu, bacaan apa itu? Tanya Umar.
Karena tidak ada jawaban, Umar membentuk dengan lantang: “saya sudah tahu kamu
menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya!” sembari memukul Sa’id dengan
keras. Fatimah berusaha menghalangi namun iapun terkena pukulan Umar. Kedua
suami isteri itu bercucuran darah, sambil menahan sakit dan marah kedua
menjawab: “ ya, kami sudah masuk Islam, sekarang lakukanlah apa saja
sekehendakmu!”. Melihat darah bercucuran Umar gelisah, menyesal dan iba.
Dimintanya lembaran yang dibaca oleh Fatimah dan suaminya. Setelah membaca
lembaran itu, wajah Umar berubah dan hatinya bergetar serta merasa ada seruan
yang demikian luhur.
Setelah itu Umar keluar rumah dengan hati dan jiwa yang tenang. Ia
langsung menuju ke tempat nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya mengadakan
pertemuan di Safa. Setelah meminta izin dan masuk, iapun menyatakan dirinya
menjadi pengikut nabi, menjadi seorang muslim dihadapan nabi dan
sahabat-sahabatnya. Peristiwa ini sangat menggembirakan nabi dan
sahabat-sahabatnya. Dengan Islamnya Hamzah dan Umar kaum muslimin mendapatkan
kekuatan yang besar, dan kedudukan Quraisy mulai lemah dan berkurang.
4.
Hijrah ke Abisinia (Habsyi)
Untuk menghindari bahaya penyiksaan, nabi Muhammad menyarankan kepada
para pengikutnya untuk hijrah ke Abisinia (Habsyi). Para sahabat pergi ke
Abisinia dengan dua kali hijrah. Hijrah pertama sebanyak 15 orang; sebelas
orang laki-laki dan empat orang perempuan. Mereka berangkat secara
sembunyi-sembunyi dan sesampainya di sana mereka mendapatkan perlindungan yang
baik dari Najasyi (sebutan untuk raja Abisinia). Ketika mendengar keadaan Mekah
telah aman merekapun kembali lagi. Namun mereka kembali mendapatkan siksaan
melebihi dari sebelumnya. Karena itu, mereka kembali hijrah untuk yang kedua
kalinya ke Abisinia (tahun kelima dari kenabian atau tahun 615 M). kali ini
mereka berangkat sebanyak 80 orang
laki-laki, dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib. Mereka tinggal di sana
hingga sesudah nabi hijrah ke Yasrib (Madinah). Peristiwa hijrah ke Abisinia
ini dipandang sebagai hijrah pertama dalam Islam.
Peristiwa hijrah ke Abisinia ini sungguh tidak menyenangkan kaum
Quraisy dan menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Ada dua hal yang
dikhawatirkan oleh kaum Quraisy, yaitu: pertama, kaum muslimin akan
dapat menjalin hubungan yang luas dengan masyarakat Arab; dan kedua,
kaum muslimin akan menjadi kuat dan kembali ke Mekah untuk menuntut balas. Oleh
karena itu, mereka mengutus Amr bin ‘Ash dan Abdullah bin Rabi’ah kepada
Najasyi agar sudi menyerahkan kaum muslimin yang berhijrah ke sana. Dengan
mempersembahkan hadiah yang besar kepada Najasyi kedua utusan itu berkata:
“paduka raja, mereka yang datang ke negeri tuan ini adalah budak-budak kami
yang tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka dan tidak
pula menganut agama paduka (Kristen); mereka membawa agama yang mereka ciptakan
sendiri, yang tidak kami kenal dan tidak juga paduka. Kami diutus oleh
pemimpin-pemimpin mereka, orang-orang tua mereka, paman-paman mereka, dan
keluarga-keluarga mereka supaya paduka sudi mengembalikan orang-orang itu
kepada pemimpin-pemimpin kami. Mereka lebih tahu betapa orang-orang itu
mencemarkan dan mencerca agama mereka”.
Najasyi kemudian memanggil kaum muslimin dan bertanya kepada mereka:
“agama apa ini yang sampai membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat tuan-tuan
sendiri?” Kaum muslimin yang diwakili oleh Ja’far bin Abi Thalib menjawab:
“paduka raja, masyarakat kami masyarakat yang bodoh, menyembah berhala, memakan
bangkai, melakukan berbagai macam kejahatan, memutuskan hubungan dengan
kerabat, tidak baik dengan tetangga; yang kuat menindas yang lemah. Demikianlah
keadaan masyarakat kami hingga Allah mengutus seorang rasul dari kalangan kami
sendiri yang kami kenal asal usulnya, jujur, dapat dipercaya, dan bersih. Ia
mengajak kami hanya menyembah kepada Allah Yang Maha Esa, meninggalkan
batu-batu dan patung-patung yang selama ini kami dan nenek moyang kami sembah.
Ia melarang kami berdusta, menganjurkan untuk berlaku jujur, menjalin hubungan
kekerabatan, bersikap baik kepada tetangga, dan menghentikan pertumpahan darah.
Ia melarang kami melakukan segala perbuatan jahat, menggunakan kata-kata dusta
dan keji, memakan harta anak yatim, dan mencemarkan nama baik perempuan yang
tak bersalah. Ia meminta kami menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya….
Jadi yang kami sembah hanya Allah Yang Tunggal, tidak mempersekutukanNya dengan
apa dan siapa pun. Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami
lakukan. Karena itulah kami dimusuhi, dipaksa meninggalkan agama kami,… Oleh
karena mereka memaksa kami, menganiaya dan menekan kami, maka kamipun keluar
menuju negeri paduka ini. Padukalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali
kami berada di dekat paduka, dengan harapan di sini tidak ada penganiayaan”.
Kemudian paduka Najasyi bertanya lagi: “adakah ajaran Tuhan yang dibawa
oleh nabi itu yang dapat anda bacakan kepada kami?”. “ya” jawab Ja’far, lalu ia
membacakan Surat Maryam, 19: 29 – 33):
فأشارت اليه قالوا كيف نكلم من كان فى
المهد صبيا قال اني عبد الله أتاني الكتاب
و جعلني نبيا و جعلني مباركا اين ما كنت و
أوصاني بالصلاة والزكاة ما دمت حيا و برا
بوالدتي ولم يجعلني جبارا شقيا و السلام
علي يوم ولدت و يوم أموت و يوم أبعث حيا
“Maka ia
menunju kepada bayinya. Mereka berkata: ‘bagaimana kami akan berbicara dengan
anak yang masih dalam buaian?’ Dia (Isa) berkata: ‘sesungguhnya aku ini hamba
Allah, Ia (Allah) memberiku al Kitab dan menjadikanku seorang nabi, memberkati
aku di manapun aku berada, memerintahkanku untuk mendirikan shalat, dan
mengeluarkan zakat selama aku masih hidup. Ia juga memerintahkanku untuk
berbakti kepada ibuku, tidak bersikap sewenang-wenang dan durhaka. Slam
sejahtera bagiku, baik ketika aku dilahirkan, pada saat aku mati, dan pada saat
aku dibangkitkan hidup kembali’”.
Mendengar jawaban tersebut, para pemuka agama Abisinia terkejut seraya
menyatakan “kata-kata tersebut keluar dari sumber yang sama seperti yang
dikeluarkan oleh Isa”. Kemudian Najasyi berkata: “kata-kata ini sama dengan
yang dibawa Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama. Tuan-tuan (kepada utusan
Quraisy) pergilah, kami tak akan menyerahkan mereka (kaum muslimin) kepada
tuan-tuan!”.
Keesokan harinya, Amar bin ‘Ash kembali menghadap Najasyi dan
mengatakan bahwa kaum muslimin telah melakukan tuduh yang sangat keji kepada
Isa bin Maryam. Najasyi memanggil kaum muslimin dan menanyakan tentang Isa bin
Maryam. Atas pertanyaan ini, Ja’far menjawab: “tentang Isa, menurut nabi kami,
dia adalah hamba Allah dan utusanNya. RohNya dan firmanNya yang disampaikan
kepada perawan Maryam”. Mendengar jawaban ini Najasyi mengambil sebatang kayu
dan menggoreskannya di tanah. Dengan wajah berseri gembira Najasyi mengatakan:
“antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini”.
Setelah itu, Najasyi meminta Amar bin ‘Ash untuk kembali ke Mekah.
5.
Quraisy Membekot Kaum
Muslimin
Setelah berbagi cara dilakukan oleh kaum Quraisy untuk menghentikan
dakwah nabi -bujukan, negosiasi, dan intimidasi- mengalami kegagalan maka kaum
Quraisy bersepakat melakukan pembekotan terhadap nabi dan kaum muslimin. Kaum
Quraisy memutuskan segala bentuk hubungan –perkawinan dan perdagangan- dengan
bani Hasyim. Persetujuan pembekotan ini dibuat dalam bentuk piagam,
ditandatangani bersama dan digantungkan di Ka’bah. Peristiwa ini terjadi pada
tahun ke-7 kenabian dan berlangsung selama tiga tahun. Pembekotan ini
mengakibatkan kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan bagi kaum muslim. Untuk
meringankan penderitaan kaum muslimin, mereka pindah ke suatu lembah di luar
kota Mekah.
Hisyam bin Amar salah seorang dari Quraisy yang bersimpati terhadap
nabi Muhammad dan kaum muslimin kerap mengirimkan bahan makanan di waktu tengah
malam dengan mengirimkan unta yang sarat dengan bahan makanan ke celah-celah
bukit tempat nabi dan kaum muslimin berada. Tak tega melihat dampak pembekotan
itu, ia menemui Zuhair bin Abi Umayyah (bani Makhzum) dan berkata kepadanya:
“anda menikmati makanan yang lezat, berpakaian yang indah, dan mengawini
perempuan-perempuan cantik, padahal keluarga ibu menderita; mereka tidak boleh
berhubungan dengan orang, jual beli, dan melakukan hubungan perkawinan. Aku
bersumpah, jika itu keluarga ibuku, aku pasti menolak pembekotan!”
Keduanya kemudian sepakat untuk membatalkan piagam pembekotan dan
mereka meminta dukungan Mut’im bin Adi (kabilah Naufal), Abu al Bakhtari bin
Hisyam dan Zam’ah bin al Aswad (kabilah Asad). Keesokan harinya, setelah
melakukan tawaf, Zuhair bin Abi Umayyah berseru kepada orang banyak: “hai
penduduk Mekah! Kamu semua enak-enak makan dan berpakaian yang bagus-bagus
sementara itu, banu hasyim binasa, tidak boleh melakukan hubungan perdagangan.
Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam yang kejam itu dirobek!”
mendengar seruan itu, Abu jahal berteriak: “bohong, kita tidak akan merobek
piagam itu!”. Setelah itu, terdengar suara Zam’ah, Abu al Bakhtari, Mut’im, dan
Amr bin Hisyam menolak Abu jahal dan mendukung Zuhair. Melihat suasana yang
tidak menguntungkan Abu Jahal pun pergi. Ketika Mut’im hendak merobek piagam
itu, ia melihat piagam itu telah dimakan rayap, kecuali bagian pembukaannya
saja yang berbunyi: “dengan namuMu ya Allah ….” Sejak peristiwa itu pembekotan
berakhir. Nabi Muhammad beserta pengikutnya berkesempatan keluar dari
celah-celah bukit dan kembali ke Mekah. Kesempatan melakukan jual beli dengan
Quraisy pun terbuka, meski sikap saling curiga menyelimuti kedua belah pihak.
6.
Perjanjian Aqabah
Keras penolakan dan
perlawanan Quraaisy, mendorong nabi Muhammad melancarkan dakwahnya kepada
kabilah-kabilah Arab di luar suku Quraisy. Dalam melakukan dakwah ini, nabi
Muhammad tidak saja menemuimu mereka di Ka’bah pada saat musim haji, namun ia
mendatangi perkampungan dan tempat tinggal para kepala suku. Tanpa diketahui oleh
seorangpun, nabi Muhammad pergi ke Taif. Di sana ia menemui Sakif dengan
harapan agar ia dan masyarakatnya mau menerimanya dan memeluk Islam. Sakif dan
masyarakatnya menolak nabi dengan kejam. Meski demikian nabi berlapang dada dan
meminta Sakif untuk tidak menceritakan kedatangannya ke Taif agar ia tidak
mendapat malu dari orang Quraisy. Permintaan itu tidak dihiraukan oleh Sakif,
bahkan ia menghasut masyarakatnya untuk mengejek, menyoraki, mengusir dan
melempari nabi. Selain itu nabi mendatangi bani Kindah, bani Kalb, bani
Hanifah, dan bani Amir bin Sa‘sa’ah ke rumah-rumah mereka. Tak seorangpun dari
mereka yang mau menyambut dan mendengar dakwah nabi. Bahkan, bani Hanifah
menolok dengan cara yang sangat buruk sekali. Sedangkan Amir menunjukkan ambisinya,
ia mau menerima jakan nabi dengan syarat jika nabi memperoleh kemenangan maka
kekuasaan harus berada di tangannya.
Pengalaman di atas
mendorong nabi Muhammad berkesimpulan bahwa tidak mungkin lagi mendapat
dukungan dari Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya. Karena itu, nabi
Muhammad mengalihkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah lain yang ada di sekitar
Mekah yang datang berziarah setiap tahun ke Mekah. Jika musim ziarah tiba, nabi
Muhammadpun mendatangi kabilah-kabilah itu dan mengajak mereka untuk memeluk
Islam. Tak berapa lama kemudian, tanda-tanda kemenangan datang dari Yasrib
(Madinah). Nabi Muhammad sesungguhnya punya hubungan emosional dengan Yasrib.
Di sanalah ayahnya dimakamkan, di sana pula terdapat famili-familinya dari bani
Najjar yang merupakan keluarga kakeknya, Abdul Muththalib dari pihak ibu.
Karena itu, tidak mengherankan apabila di tempat ini kelak nabi Muhammad
mendapat kemenangan dan Islam berkembang dengan amat pesat.
Yasrib merupakan
kota yang dihuni oleh orang Yahudi dan Arab dari suku Aus dan Khazraj. Kedua
suku ini selalu berperang merebut kekuasaan di sana. Hubungan Aus dan Khazraj
dengan Yahudi membuat mereka memiliki pengetahuan tentang agama samawi. Inilah
salah satu fator yang menyebabkan kedua suku Arab tersebut lebih mudah menerima
kehadiran nabi Muhammad. Ketika yahudi mengalami kekalahan, suku Aus dan
Khazraj menjadi penguasa di Yasrib. Yahudi tidak tinggal diam, mereka berusaha
mengadu domba Aus dan Khazraj yang akhirnya menimbulkan perang saudara yang
dimenangkan oleh Aus. Sejak saat itu, orang-orang Yahudi yang sebelumnya
terusir dapat kembali tinggal di Yasrib. Aus dan Khazraj menyadari derita
kerugian yang mereka alami akibat permusuhan mereka. Oleh karena itu, mereka
sepakat mengangkat Abdullah bin Muhammad dari suku Khazraj sebagai pemimpin.
Namun hal itu tidak terlaksana disebabkan beberapa orang Khazraj pergi ke Mekah
pada musim ziarah (haji).
Kedatangan
orang-orang Khazraj ke Mekah diketahui oleh nabi Muhammad dan iapun segera
menemui mereka. Setelah nabi berbicara dan mengajak mereka untuk memeluk agama
Islam, merekapun saling berpandangan dan salah seorang dari mereka berkata:
“sungguh inilah nabi yang pernah dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada
kita, dan jangan sampai mereka (yahudi) mendahului kita.” Setelah itu, mereka
kembali ke Yasrib dan menyampaikan berita kenabian Muhammad dan mereka
menyatakan kepada masyarakatnya bahwa mereka telah menganut Islam. Berita dan
pernyataan yang mereka sampaikan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat
mereka. Pada musim ziarah tahun berikutnya, datanglah 12 orang penduduk yasrib
menemui nabi Muhammad di Aqabah. Di tempat ini mereka berikrar kepada nabi yang
kemudian dikenal dengan perjanjian Aqabah Pertama. Pada perjanjian Aqabah
Pertama ini orang- orang Yasrib berjanji kepada nabi untuk tidak menyekutukan
Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat
dan memfitnah, baik di depan atau di belakang. Jangan menolak berbuat kebaikan.
Barang siapa mematuhi semua itu ia mendapat paha surge, dan kalau ada yang
melanggar, maka soalnya kembali kepada Allah. Allah berkuasa menyiksa, juga
berkuasa mengampuni segala dosa.
Selanjutnya nabi
menugaskan Mus’ab bin Umair untuk membacakan al Quran, mengajarkan Islam serta
seluk-beluk agama Islam kepada penduduk Yasrib. Sejak itu, Mus’ab tinggal di
yasrib dan jika musim ziarah tiba, iapun berangkat ke Mekah dan menemui nabi
Muhammad. Dalam pertemuan itu, Mus’ab menceritakan perkembangan masyarakat
muslim Yasrib yang tangguh dan kuat. Berita ini sungguh menggembirakan nabi dan
menimbulkan keinginan dalam hati nabi untuk hijrah ke sana.
Pada tahun 622 M,
jumlah peziarah Yasrib yang datang ke Mekah berjumlah 75 lima orang, dua orang
di antaranya perempuan. Kesempatan ini digunakan nabi melakukan pertemuan rahasia
dengan para pemimpin mereka. Pertemuan nabi dengan para pemimpin Yasrib yang
berziarah ke Mekah disepakati di Aqabah pada tengah malam pada hari-hari
Tasyriq (tidak sama dengan hari tasyriq yang sekarang). Malam itu, nabi
Muhammad ditemani oleh pamannya Abbas bin Abdul Muththalib (masih memeluk agama
nenek moyangnya) menemui orang-orang Yasrib, pertemuan malam itu kemudian
dikenal dalam sejarah sebagai perjanjian Aqabah Kedua. Pada malam itu mereka
berikrar kepada nabi sebagai berikut: “kami berikrar, bahwa kami sudah
mendengar dan setia di waktu suka dan duka, di waktu bahagia dan sengsara, kami
hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan di jalan Allah ini
kami tidak gentar terhadap ejekan dan celaan siapapun.”
Setelah masyarakat
Yasrib menyatakan ikrar mereka, nabi berkata kepada mereka: “pilihkan buat saya
dua belas orang pemimpin dari kalangan kalian yang menjadi penanggung jawab
masyarakatnya”. Mereka memilih Sembilan orang dari Khazraj dan tiga orang dari
Aus. Kepada dua belas orang itu nabi mengatakan: “kalian adalah penanggung
jawab masyarakat kalian seperti pertangungjawaban pengikut-pengikut Isa bin
Maryam. Terhadap masyarakat saya, sayalah tang bertangung jawab”. Setelah ikrar
selesai, tiba-tiba terdengar teriakan yang ditujukan kepada kaum Quraisy,
“Muhammad dan orang-orang murtad itu sudah berkumpul akan memerangi kamu!”.
Semua kaget dan terdiam, tiba-tiba Abbas bin Ubadah, salah seorang peserta
ikrar, berkata kepada nabi: “demi Allah yang mengutus anda berdasarkan
kebenaran, jika nabi mengizinkan, besok penduduk Mina akan kami habisi dengan
pedang kami”. Lalu nabi Muhammad menjawab: “Kita tidak diperintahkan untuk
itu,kembalilah ke kemah kalian”. Keesokan harinya, mereka bangun pagi-pagi
sekali dan segera bergegas pulang ke Yasrib.
7.
Hijrah ke Madinah
Peristiwa ikrar Aqabah Kedua ini diketahui oleh orang-orang Quraisy.
Sejak itu tekanan, intimidasi dan siksaan terhadap kaum muslimin semakin
meningkat. Kenyataaan ini mendorong nabi segera memerintahkan
sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan saja, hampir
seluruh kaum muslimin, sekitar 150 orang telah berangkat ke Yasrib. Hanya Abu
bakar dan Ali yang masih menjaga dan membela nabi di Mekah. Akhirnya, nabipun
hijrah setelah mendengar rencana Quraisy yang ingin membunuhnya.
Nabi Muhammad dengan ditemani oleh Abu bakar berhijrah ke Yasrib.
Sesampai di Quba, 5 km dari Yasrib, nabipun beristirahat dan tinggal di sana
beberapa hari lamanya. Nabi menginap di rumah umi Kalsum bin Hindun. Di halaman
rumah ini nabi membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang di bangun
pada masa Islam yang kemudian dikenal dengan masjid Quba. Tak lama kemudian Ali
datang menyusul nabi, setelah ia menyelesaikan amanah orang-orang kepada nabi
yang diserahkan nabi kepadanya pada saat berangkat hijrah.
Ketika nabi memasuki Yasrib, ia dielu-elukan oleh penduduk kota itu dan
menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, nama Yasrib
diganti dengan Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering pula disebut dengan
Madinatun Munawwarah (Kota yang Bercahaya). Dikatakan demikian karena memang
dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh penjuru dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar